The Antagonist [Chapter 8]

ps-dyocta-the-antagonist(2)

The Antagonist

by

Dyocta

Main casts: f(x)’s Sulli, EXO’s Baekhyun, EXO’s Chanyeol || Supporting casts: Girl’s Day’s Yura, Apink’s Hayoung & others || Genre: School-life, friendship & Romance || Length: Chaptered.

Poster by Prinsekai94 on Poster State.

[Chapter 8]

 

Sulli baru saja datang. Ia membiarkan rambutnya tergerai agar menghalangi pandangannya dari pemandangan mengerikan sepanjang perjalanannya dari pintu gerbang hingga sampai dalam kelas. Setiap harinya murid seni peran semakin buas, imajinasi mereka semakin liar.

Tapi kemudian sebuah tas dan beberapa peralatan tulis terlihat dalam pandangan Sulli. Benda-benda itu tergeletak begitu saja diatas mejanya. Sulli memutar bola matanya keatas, siapa murid yang berani cari masalah dengannya?

Sulli mengedarkan pandangannya. Tidak banyak orang dalam kelas. Ada tiga orang murid perempuan dengan make up aneh mengobrol di meja belakang dan dua orang murid pria yang tengah menyalin tugas di meja masing-masing. Dan kelima murid itu sepakat untuk tidak menegurnya bahkan meliriknya sedikit pun.

Tanpa basa-basi, Sulli menyingkirkan barang-barang itu dari atas meja dengan lengannya hingga menimbulkan bunyi dentuman keras setelah menghantam lantai.

Sekarang kelima murid itu menoleh padanya, memandanganya dengan tatapan tidak percaya. Salah seorang murid perempuan bahkan tesentak kaget, dari situ Sulli mengenali kalau murid itu adalah Oh Hayoung.

“Itu barang-barangku! Hei, apa yang kau lakukan?” tanyanya dengan mata melebar.

“Membuangnya.” jawab Sulli singkat.

“Kenapa kau membuang barang-barangku?… Ah, bagaimana ini? Semuanya jadi berantakan,” katanya sambil memunguti barang-barangnya di lantai.

“Bukankah sudah kubilang kalau mulai kemarin aku duduk disini?! Aku tidak suka ada barang orang lain di mejaku,” Sulli bertolak-pinggang.

“Ya! Kau ini kejam sekali! Hayoung lebih dulu duduk di kursi ini, harusnya kau tidak seperti ini padanya!” bentak murid lain bernama Bomi yang merupakan teman dekat Hayoung.

“Lalu kau pikir aku perduli?” Sulli menyeringai.

“Kau bisa bicara padaku kalau kau memang ingin duduk disini, kau tidak perlu membuang barang-barangku.” ujar Hayoung.

Sulli tertawa geli. Apa murid seni peran memang banyak drama seperti Hayoung? Sulli hanya membuang tas gadis itu ke lantai dan sekarang ia bertingkah layaknya gadis paling menderita di dunia dengan mata berkaca-kaca.

“Aktingmu buruk!” komentar Sulli pedas. “Menyingkir dari tempatku!” kemudian Sulli mendorong pundak Hayoung dengan dua tangan.

“Aawh!” tubuh Hayoung bergerak ke belakang dan jatuh ke lantai.

“YA!” Namjoo, teman Hayoung yang lain, berseru keras. Ia tidak terima temannya diperlakukan tidak adil.

“Hayoung, kau tidak apa-apa?” Bomi duduk di sebelah Hayoung, bertanya seraya memerhatikan apakah Hayoung terluka atau tidak.

“Dasar lemah!” Sulli mengejek.

“Bukan Hayoung yang lemah, tapi memang kau yang keterlaluan!” Namjoo, yang tidak sabaran, berusaha menyerang Sulli dengan menarik lengannya tapi beruntung Sulli bisa menepisnya sebelum Namjoo sempat menyentuhnya.

“Jauhkan tangan kotormu dariku!”

“Kau bilang apa? Kurang ajar!” Namjoo naik pitam.

Siapapun bisa memprediksi apa yang terjadi selanjutnya. Namjoo menarik kerah kemeja Sulli dan memakinya, kemudian Sulli tidak terima dan menarik rambutnya hingga ia meringis kesakitan dan melepaskan cengkraman tangannya dari Sulli. Mereka berseteru.

“Namjoo!” kini Bomi mencemaskan Namjoo.

“Sudah aku peringatkan untuk menjauhkan tanganmu dariku tapi kau malah menyentuhku, sekarang kau tahu kan apa akibatnya?!” Sulli merapikan kemejanya.

Namjoo semakin dikuasai emosi. Menurutnya Sulli sangat kurang ajar, sombong, tidak tahu diri dan ia benci itu. Ia berusaha menarik Sulli lagi tapi ia gagal untuk yang kedua kali karena dengan cepat Sulli menampar pipi kirinya.

Plak!

Kepala Namjoo terhempas ke sisi kanan. Matanya melebar seperti ingin melompat keluar. Dan pipinya terasa panas.

“Jangan sentuh aku!” Sulli memperingatkan sekali lagi dengan suara yang meninggi.

“Berani-beraninya kau!” Namjoo geram. Detik selanjutnya ia memegang lengan Sulli dengan kuat kemudian menarik kemejanya.

“YA!” Sulli berseru. Tenaga Namjoo makin bertambah setelah ia tampar barusan dan kini ia tidak bisa menahan lengan gadis itu untuk tidak menariknya.

“Namjoo! Astaga, bagaimana ini?!” Bomi dan Hayoung cemas.

“Dasar perempuan tidak tahu diri!” ujar Namjoo sambil menjambak rambut Sulli.

“Kau yang tidak tahu diri, dasar perempuan jalang!” Sulli tidak mau kalah.

Menjambak, mencakar, saling memukul, semua usaha untuk menyakiti dilakukan oleh Namjoo pada Sulli, tapi bersyukur yang diserang bisa melindungi diri dan bisa berupaya untuk balas menyerang. Ia bahkan sudah berhasil menampar Namjoo untuk kedua kalinya selagi Namjoo memegangi kerah kemejanya.

“Hei, kalian berdua kenapa diam saja? Cepat bantu Namjoo!” Bomi memberi perintah pada dua murid pria yang hanya diam melihat perkelahian itu.

“Membantu Namjoo? Tapi Sulli,” salah satu diantara mereka tampak ragu.

“Cepat bantu Namjoo!” Hayoung menimpali.

“Baiklah.” ujar yang lain setelah mendengar Hayoung. “Ayo bantu Namjoo!” katanya pada murid tadi.

Kedua murid tadi akhirnya turun tangan. Pemuda yang sempat ragu tadi memegangi lengan Namjoo agar tidak lagi menyerang Sulli sementara yang lain memegangi Sulli. Mereka berdua akhirnya terpisah. Seragam dan rambut baik Sulli atau Namjoo tidak lagi berbentuk, mereka berdua dalam keadaan kacau.

“Lepaskan!” seru Sulli.

Pemuda itu melirik Bomi dan Hayoung. Bomi nampak ragu tapi kemudian Hayoung menggelengkan kepalanya. Pemuda itu mengangguk pelan dan tidak jadi melepas Sulli.

“Lepaskan Namjoo!” Hayoung berujar pada pemuda yang memegangi Namjoo.

Namjoo pun dilepaskan. Ia membereskan rambut dan seragamnya secara singkat sebelum kembali menatap Sulli dengan tatapan jijik yang berlebihan.

Sulli menghela napas melalui mulutnya. Beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya terangkat, matanya menatap Namjoo dengan marah. Dalam hatinya ia bersumpah akan memberi gadis itu pelajaran yang tidak akan pernah ia lupakan seumur hidupnya.

“Kau bilang apa tadi? Perempuan jalang, huh?” Namjoo menyilangkan lengannya didepan dada. “Sekarang biar aku tunjukkan apa itu perempuan jalang!” kemudian Namjoo mengeluarkan sesuatu dari sakunya.

“Ige mwoya? Lepaskan aku, bodoh!” Sulli berontak tapi pemuda itu memeganginya dengan amat keras hingga ia tidak bisa bergerak sedikit pun.

Ternyata Namjoo mengeluarkan sebuah lipstik. Ia memoleskan lipstiknya di bibir Sulli secara asal, juga di pipi dan keningnya hingga mukanya hampir dipenuhi oleh warna merah. Sulli berteriak kencang dan berusaha melawan tapi ia kalah telak, ia hanya seorang diri.

Sebenarnya pada saat itu diluar ruang kelas telah banyak murid berdatangan karena keributan yang dibuat Sulli dan Namjoo tapi mereka semua tidak mau melibatkan diri. Namjoo memang dikenal mudah terpancing emosi dan ada Hayoung pula disana. Hayoung adalah murid kesayangan. Hayoung adalah murid termuda dalam angkatan itu dan disebut-sebut sebagai adik kecil karena tingkahnya yang lucu dan polos. Semua orang menyukainya dan tidak ada yang berani membuat onar dengannya.

“Dasar pengecut!” Sulli berteriak didepan wajah Namjoo. “Dengan memperlakukan aku seperti ini, apa kau pikir akan menang? Kita lihat saja nanti!”

“Aku tidak perduli dengan nanti, aku perduli pada saat ini,” Namjoo menepuk pipi Sulli pelan. Ia berencana untuk menampar pipi gadis itu dengan kencang sebagai pembalasannya.

“Namjoo, sudahlah, jangan bertengkar seperti ini!” Hayoung menyentuh pundak Namjoo. Suaranya agak bergetar, ia akan segera menangis.

“Tidak bisa, Hayoung. Dia sudah melukaimu dan melukaiku juga, anak ini harus diberi pelajaran.” Namjoo bersikeras.

“Tidak apa-apa. Nikmatilah selagi kau bisa menikmatinya dan lihat apa yang akan aku lakukan padamu!” ancam Sulli.

“Berani mengancamku? Dasar perempuan jalang!”

 

-o-

 

Yang dikatakan Jessica kemarin memang ada benarnya bahwa akhir-akhir ini Chanyeol selalu datang terlambat. Tapi tidak mulai hari ini. Chanyeol sudah berangkat sejak pagi-pagi sekali dan tiba di sekolah dengan tampan. Ia akan jadi murid teladan jika terus datang sepagi ini.

Menunggu akan menjadi kegiatan rutinnya setiap pagi mulai hari ini. Berdiri didepan pintu masuk utama gedung B, menoleh ke kiri dan kanan dengan tangan berkeringat dingin, menunggu kapan Sulli akan datang kemudian bersiap untuk menyapanya.

Gadis itu pasti merasa sangat asing berada dalam lingkungan baru dan Chanyeol akan ada disana untuk membuat suasana menjadi lebih nyaman dan aman untuknya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri.

Tapi setelah lama menunggu, Sulli tidak juga nampak. Dari kejauhan ia melihat sesosok murid datang tapi ia bukan Sulli pastinya, melainkan Byun Baekhyun.

Setiap detik Baekhyun semakin dekat, Chanyeol juga semakin yakin kalau pemuda itu tidak memiliki niat baik untuk bertemu dengannya apalagi sebelumnya mereka sempat bersitegang. Chanyeol pun menarik salah satu ujung bibirnya.

“Selamat pagi…” sapa Chanyeol lebih dulu.

Baekhyun berhenti tepat didepan Chanyeol dan berkata, “Kita perlu bicara.”

“Apa mengenai Sulli?” Chanyeol bertanya. “Karena aku akan sangat senang bicara tentangnya.”

Baekhyun tertawa pahit. “Sebaiknya kau menjauh darinya, maaf tapi aku tidak suka basa-basi.” ungkap Baekhyun.

“Kenapa harus aku yang menjauhinya? Aku bisa menjaganya dengan sangat baik, aku bisa melindunginya dan aku percaya padanya. Aku bisa melakukan banyak hal yang jauh lebih baik ketimbang kau. Jadi bukankah yang seharusnya pergi itu kau? Aku juga minta maaf sebelumnya karena aku juga tidak pandai basa-basi.”

Baekhyun menarik napas dan menghembuskannya panjang. Prediksinya tepat, ia sudah duga Chanyeol akan berkata seperti itu.

“Aku akui aku memang buruk, tidak seperti kau yang selalu berbuat baik untuknya. Tapi orang jahat pun berhak jatuh cinta dan berhak mendapatkan cintanya.” balas Baekhyun.

“Ah, jadi sekarang kau mulai mengakuinya? Setelah selama ini mengacuhkannya? Kau memang tidak tahu malu! Kau selalu membuatnya mengemis perhatianmu, membuatnya bergantung padamu, mengikatnya padahal kau sama sekali tidak pernah memberi perhatian padanya. Sekarang, saat dia memiliki aku, kau mulai resah, benar kan? Apa kau merasa terancam oleh kehadiranku?” Chanyeol menyeringai.

Baekhyun mengepalkan tangannya. Mencoba menahan amarah bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan.

“Sejujurnya aku memang sudah tahu sejak awal kalau kau menyukainya. Kau dan aku sama-sama pria jadi aku bisa melihat dengan jelas tentang perasaanmu. Dan aku yakin kau juga pasti bisa melihat dengan jelas bagaimana perasaanku pada Sulli, iya kan? Kau juga pasti tahu kalau aku juga menyukainya.”

“Sebenarnya apa yang kau coba katakan?”

“Aku menerima tawaranmu. Kau datang kesini, bertemu denganku, bukankah untuk mendeklarasikan sebuah persaingan? Aku terima itu; sebuah persaingan sehat antara kita berdua untuk merebut hati Sulli. Kau memang lawan yang cukup berat tapi aku bukan orang yang mudah menyerah, Baekhyun.” tutur Chanyeol.

Sulli memang benar ketika ia mengatakan Chanyeol memiliki keahlian untuk membaca pikiran. Ia selalu tahu apa yang dipikirkan seseorang dan ia sangat pandai dalam membaca situasi.

“Baiklah kalau kau memang sungguh mengerti. Aku tidak perlu membuang waktuku seperti ini.” Baekhyun mengangkat sebelah alisnya.

Chanyeol mengulurkan tangannya dan berujar, “Siapkan dirimu, Choi Baekhyun. Aku akan merebut Sulli dari tanganmu.”

Baekhyun pun menjabat tangan Chanyeol kemudian membalas, “Coba saja! Aku tidak akan melepasnya. Aku tidak akan menyia-nyiakannya lagi.”

Chanyeol tersenyum. Sekarang semuanya sudah jelas; perasaan Baekhyun pada Sulli juga perasaannya untuk gadis yang sama. Sebelumnya Chanyeol tidak membayangkan kalau ia akan melangkah sejauh ini dalam kisah asmara mereka tapi takdir berkata lain. Niat awalnya untuk membantu Sulli membawanya pada keadaan ini.

“Ternyata kau tidak seburuk yang aku bayangkan,” Baekhyun berkomentar. “Kau memang lawanku yang terberat tapi sebagian dariku bersyukur karena Sulli memiliki orang lain yang peduli padanya sebesar kepedulianku padanya.”

“Dia memang pantas mendapatkannya.”

“Ya, kau benar. Dia memang pantas mendapat banyak cinta.” Baekhyun tersenyum.

“Kalau kau tahu itu bukankah sudah seharusnya kau memberinya banyak cinta seperti yang dia berikan untukmu…”

Kata-kata Chanyeol mengikis opini buruk Baekhyun mengenai pemuda bertubuh tinggi itu. Bibirnya tentu belum kering setelah mendeklarasikan persaingan mereka tapi kemudian layaknya seorang teman ia memberi pencerahan.

“Sulli akan sangat senang jika menerimanya darimu,” lanjutnya.

“Kau? Apa yang baru saja kau katakan?” Baekhyun tercengang.

“Kau pasti berpikir kalau aku aneh,” Chanyeol terkekeh. “Kita bersaing tapi aku malah mendukungmu. Jujur saja, aku memiliki keyakinan untuk bisa merebut Sulli darimu tapi aku tidak yakin apakah dia akan bahagia saat bersamaku seperti saat dia bersamamu,”

Pada saat itu Baekhyun berpikir. Park Chanyeol, Baekhyun baru saja menyadari kalau pemuda itu layaknya versi pria dari Sulli. Sombong, angkuh, dan keras jika dilihat dari luar tapi penuh dengan kejujuran.

“… Tapi itu bukan berarti aku akan mudah menyerah. Aku akan tetap berusaha untuk merebutnya.”

Baekhyun mengangkat sudut bibirnya, melengkungkannya hingga terbentuk seulas senyum kemudian tertawa. Jika bukan karena Sulli, mungkin ia akan berteman dekat dengan Chanyeol.

“Aku dengar kini kau dan Sulli menjadi teman sekelas. Apa kau bisa menunjukan padaku dimana kelasnya? Aku ingin melihatnya,” Baekhyun mengubah arah pembicaraan.

“Tentu,” Chanyeol mengangguk mantap. “Aku tidak tahu apa Sulli sudah datang atau belum tapi biar aku tunjukan dimana kelas kami.”

Baekhyun tidak salah. Chanyeol memang pemuda yang hangat dibalik penampilannya yang dingin. Dan setelah pertarungan ini selesai, Baekhyun berjanji untuk mengenal Chanyeol lebih dekat dan menjadikannya sebagai teman.

.

.

Sekumpulan murid memenuhi koridor dimana kelas Chanyeol berada. Ia mengerutkan kening, tidak biasanya murid-murid berkumpul seperti ini.

“Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?” Baekhyun heran.

“Aku juga tidak tahu.” Chanyeol menjawab.

Telinga Chanyeol kemudian menangkap sebuah suara teriakan yang samar. Perasaannya jadi tidak tenang. Ia pun menarik salah seorang murid dari kerumunan itu dan bertanya mengenai apa yang terjadi.

“Namjoo dan Hayoung sedang berkelahi!” seru murid itu.

“Kau bercanda? Mana mungkin Hayoung bertindak kasar apalagi pada Namjoo.” balas Chanyeol.

“Siapa itu Hayoung?” tanya Baekhyun tapi tidak dijawab Chanyeol dengan segera.

“Bukan begitu, maksudku mereka berkelahi dengan murid baru itu.”

“Apa?” Chanyeol tercengang.

“Murid baru? Maksudmu Sulli?” Baekhyun pun sama.

Kedua pemuda itu saling bertukar pandangan selama beberapa saat sebelum akhirnya berlari menerobos kerumunan. Dari ambang pintu mereka bisa lihat bagaimana Sulli diperlakukan tidak adil. Lengan Sulli dipegangi sementara Namjoo sedang mengangkat lengannya, hendak mendaratkan telapak tangannya pada Sulli.

“Berani mengancamku? Dasar perempuan jalang!”

“YA!” Chanyeol memekik.

“Sulli? Astaga!” Baekhyun terkejut melihat wajah Sulli yang penuh noda.

“Apa-apaan ini?” BAM! Chanyeol menghantamkan kepalan tangannya pada pintu kemudian melangkah masuk. “Lepaskan dia, Brengsek!” Chanyeol meraih kerah kemeja pemuda yang memegangi Sulli kemudian meninju wajahnya.

Baekhyun berlari ke arah Sulli. “Apa kau terluka?” tanyanya penuh cemas.

Sulli menggeleng. “Aku baik-baik saja.” jawabnya.

Sementara itu Chanyeol, dengan menggebu-gebu, melayangkan beberapa kali pukulan keras di wajah pemuda tadi dan juga menendang tubuhnya. Setelah pemuda itu rubuh, pandangannya segera tertuju pada Namjoo, Hayoung serta Bomi.

“Ini tidak seperti yang kau pikirkan!” Hayoung maju selangkah.

Chanyeol mendorong tubuhnya dengan satu tangan, ia bergerak menuju Namjoo. Ia menunjuk wajahnya dan berkata, “Kau akan lihat akibatnya, Namjoo!”

Baekhyun membuka blazernya dan menyampirkannya di kepala Sulli untuk menutupi wajahnya. Namjoo banyak memberi noda merah yang tidak pantas dilihat di wajah Sulli, Baekhyun tidak ingin murid-murid lain melihatnya.

“Ayo pergi dari sini!” Baekhyun melingkarkan lengannya di pundak Sulli, merapatkan gadis itu dengan dirinya kemudian pergi dari ruang kelas itu.

“Jika ada yang menganggu Sulli lagi, orang itu akan berhadapan denganku! Mengerti, huh?” Chanyeol menggertak.

Semua orang yang mendengar omongannya segera tertunduk, terutama dua pemuda yang tadi membantu Namjoo. Di lain pihak Hayoung menatap pemuda itu dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

 

-o-

 

“Aku harus buat perhitungan!”

Baekhyun hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar Sulli mengomel. Gadis itu tidak bisa berhenti mengekspresikan amarahnya serta betapa besar keinginannya untuk balas dendam atas apa yang diterimanya hari ini.

“Mereka pikir mereka siapa bisa memperlakukanku seperti ini?! Lihat saja, aku tidak akan membiarkan mereka melihat matahari lagi! Sial!” Sulli memaki.

Di hadapannya, Baekhyun dengan lembut membersihkan noda lipstik di wajahnya dengan tisu basah. Mereka berdua duduk di halaman belakang sekolah dengan alas rumput hijau. Telapak tangan Baekhyun menangkup pipi Sulli, kemudian dengan telaten, ia menyapukan tisu itu di wajah Sulli.

“Tidak usah dipikirkan lagi. Biarkan saja mereka! kau tidak perlu membalas kejahatan dengan kejahatan juga.” pesan Baekhyun.

“Sudah kuduga. Saat aku dijahati orang lain, kau hanya memintaku bersabar tapi jika aku yang bersalah, kau tidak akan melepasku.” Sulli mendengus sebal.

Baekhyun menghela napas. Ia memandangi wajah Sulli sesaat dan tersenyum. Bagaimana bisa ia tetap terlihat cantik meski ada noda di wajahnya?

Tangan Baekhyun masuk ke dalam tasnya, ia mencari sesuatu. Setelah mendapatkannya, tangannya kembali keluar dari dalam tasnya dengan sebuah kotak kecil. Ia buka kotak itu kemudian mengambil jepit rambut didalamnya.

Sulli mengerjapkan matanya. Baekhyun mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk bintang yang sangat cantik kemudian memakaikan benda itu di rambutnya. Baekhyun sengaja menjepit poni rambut Sulli agar ia lebih leluasa ketika menatap wajahnya.

“Cantik… Kau sangat cantik.”

“Aku memang cantik sejak kecil. Kau baru menyadarinya sekarang ya?” Sulli ketus. Untuk beberapa saat tadi, ia boleh saja terpesona oleh Baekhyun tapi ia tidak akan lupa kalau ia sedang marah besar pada pemuda itu.

“Kau masih marah padaku ya?” tanya Baekhyun.

“Menurutmu bagaimana?” Sulli balik bertanya.

Baekhyun menyentuh telapak tangan Sulli, menggenggamnya dengan hangat, dan menyematkan jari-jemarinya diantara milik Sulli. Ia merona merah kemudian menjawab, “Sulli yang aku kenal tidak bisa marah padaku lebih dari lima belas menit. Dia memang suka merengek dan mengomel tapi dia akan datang padaku lagi setelah itu. Dia tidak bisa pergi dariku karena dia sangat menyukaiku.”

“Tapi kau tidak menyukainya…”

“Kau bukan seorang peramal jadi jangan berkata seenaknya!” Baekhyun cemberut. “Aku menyukainya,”

“Jangan berbohong!”

Baekhyun menaruh telapak tangan Sulli di dadanya, tepat dimana jantungnya berdetak. “Apa aku pernah berbohong? Apa kau tidak merasakannya?” tanyanya.

Sulli menelan ludah. Ia merasakan sesuatu bergerak di bawah telapak tangannya, begitu kencang dan begitu hidup. Sesuatu yang lain juga bergerak dalam tubuhnya, begitu lemah. Ia bisa mati jika keadaan ini terus berlanjut.

“Baekhyun… tunggu sebentar, kau… itu aku… apakah kau…”

“Astaga, ternyata kalian ada disini!”

Di hari lain Sulli mungkin akan memukul kepala Chanyeol hingga ia gagar otak karena telah mengganggu momen bahagia seperti saat ini, tapi untuk pertama kali dan mungkin terakhir kali dalam hidupnya ia bersyukur karena Chanyeol datang dan menyelamatkannya kala itu.

Sulli terpesona, terbius oleh kata-kata Baekhyun hingga tidak terbersit di kepalanya kata yang tepat untuk membalas pemuda itu. Tapi ia punya dugaan kalau Baekhyun akan menjatuhkannya seperti hari-hari sebelumnya.

Baekhyun menurunkan tangan Sulli dan melepasnya. Keningnya dibanjiri peluh. Menyatakan cinta memang lebih melelahkan dan lebih menegangkan daripada bermain bola.

“Sulli, apa kau baik-baik saja? Apa Namjoo melakukan hal yang lebih buruk lagi padamu? Katakan saja padaku! Aku akan menghukum mereka,” tutur Chanyeol panjang lebar.

Sulli hanya mampu menggeleng. Ia kehilangan seluruh tenaganya.

“Aish, kau ini bagaimana sih? Kalau didepanku bertindak seperti jagoan tapi tadi kau malah diam saja diperlakukan tidak adil.” Chanyeol menggerutu.

“YA! Tadi itu aku sendirian sementara mereka berlima, apa yang bisa kau harapkan dariku? Memangnya kau tidak lihat kalau tadi ada murid pria yang memegangiku?! Biar aku ulangi ya, murid pria! Sementara aku perempuan, tentu saja aku kalah!”

“Aku sudah memperingatkanmu kemarin kalau kau tidak bisa semena-mena pada Hayoung karena dia adalah adik kami,”

“Memperingkatkan apanya? Kau tidak menjelaskan serinci itu padaku, tahu?! Mana aku mengerti kalau ternyata adik kecil kalian seperti ular berbisa!” Sulli memekik.

“Aigoo, ternyata kau tidak sepintar yang aku kira ya,”

“Dan kau tidak lebih pintar dariku!”

Tawa Chanyeol meledak begitu mendengar ocehan Sulli. Mendengarnya marah adalah sesuatu yang menyenangkan, setidaknya dari situ ia tahu kalau Sulli memang baik-baik saja.

Baekhyun memerhatikan Sulli lekat-lekat. Apakah Sulli mengerti tentang yang dikatakan olehnya tadi? Apa Sulli bisa menangkap sinyalnya dengan baik? Apa Sulli sadar kalau tadi itu disebut pernyataan cinta? Tapi Sulli tidak membalas apa-apa. Ini semua karena Park Chanyeol! Tapi sesungguhnya Baekhyun sendiri sadar kalau tadi memang pernyataan cinta paling payah yang pernah ada.

 

-o-

 

Jessica sempat mendengar berita mengenai kegaduhan yang disebabkan Sulli dan Namjoo sebelum kelas di mulai tadi. Hal itu membuat matanya terus menangkap tiap gerak-gerik Sulli selama jam pelajaran berlangsung. Sulli sangat terkenal di sekolah, itu adalah kenyataan yang bahkan Jessica tidak bisa bantah. Mencari informasi tentang gadis itu semudah membalikan telapak tangan tapi membaca isi kepalanya lebih sulit dibanding menangkap asap dengan tangan kosong.

“Aku punya sebuah pengumuman penting,” Jessica berkata disaat murid-murid sedang menyalin tugas mereka. “Harusnya aku menahan berita ini sampai besok tapi aku tidak bisa. I’m so excited about this one.” katanya.

“Apa itu Jessica-ssi?” tanya salah seorang murid.

“Seperti yang kalian tahu kalau departemen kita sudah cukup lama tertidur. Maksudku, sudah lama sekali sejak pertunjukan terakhir kita. Beberapa waktu lalu aku sudah berdiskusi dengan staff pengajar lain kalau dua bulan ke depan kita akan mengadakan sebuah pertunjukan besar!”

“Jinjjayo? Wah, daebak!”

Seisi kelas jadi gaduh. Mereka mencoba menerka-nerka pertunjukan besar macam apa yang Jessica maksud. Di saat yang sama Sulli hanya menatap kosong buku catatannya. Ia tidak tertarik.

“Sebuah drama yang bisa menyentuh hati siapa saja… The Moon That Embrace The Sun,”

Seisi kelas yang tadinya bergemuruh kini sunyi senyap. Hampir seluruh murid disana pernah menonton teater dengan judul yang serupa dan mereka tahu betapa sulitnya memainkan cerita dengan latar belakang Dinasti Joseon itu.

“Waeyo? Apa kalian tidak menyukainya?” Jessica bertolak-pinggang.

“Apa tidak ada judul yang lain?”

“Sayangnya tidak. Aku yang menentukan judul ceritanya dan maaf jika mengecewakanmu tapi aku pula yang akan menentukan setiap pemainnya kali ini,” Jessica menyeringai.

“Tapi Jessica-ssi, biasanya pemilihan pemain dilakukan dengan audisi.”

“Teater kali ini akan jauh berbeda dari sebelumnya. Aku tidak bisa menanggung sebuah kegagalan maka aku yang akan menentukan semuanya kali ini,” jawab Jessica.

Sebagian murid tersenyum senang karena yakin tidak akan terpilih. Mereka tidak ingin terbebani dengan menjadi bagian dari teater itu. Dan sebagian yang lain menahan gugup. Mereka yang merasa berkemampuan baik kini diliputi cemas jika mengingat Jessica bisa saja memilih mereka.

“Jang Wooyoung akan menjadi pemeran utama pria kita,” Jessica menunjuk seorang pemuda yang duduk di barisan paling belakang. Pemuda itu terkejut, begitu juga dengan seisi ruangan. Tapi itu bukan apa-apa karena Jessica kemudian memberi kejutan lain. “Dan Choi Sulli akan jadi pemeran utama wanitanya.”

Mulut siapa yang tidak akan terbuka setelah mendengar itu? Jessica baru saja memberi sebuah peran besar pada murid amatir seperti Sulli. Apa Jessica cukup waras?

“Kau bercanda?” gadis yang disebutkan namanya berkomentar.

Jessica mengangkat sebelah alisnya. Sulli tidak nampak senang sama sekali. Jika diperhatikan sebenarnya bukan hanya Sulli yang memiliki ekspresi itu tapi juga murid-murid perempuan lain yang merasa pantas mendapat peran itu. Satu diantaranya adalah Oh Hayoung.

“Kenapa? Bukankah ini sebuah berita baik?”

“Untukku?” Sulli mendengus sebal. “Lupakan saja! Aku tidak mau melakukannya!”

“Apa kau takut?” Jessica menyeringai.

Sulli tertawa kecil. Ia menaruh pulpennya diatas meja, bersandar pada kursi sambil melipat lengannya didepan dada. “Jangan coba memancingku, Jessica-ssi! Kalau kau berharap aku akan terpancing, kau salah besar. Terserah apa pendapatmu tapi aku tidak akan melakukannya.” katanya.

“Aku bisa mengusahakan agar kau dipecat dari sekolah ini, Nona Choi. Maaf sekali, aku bukan hanya memancingmu tapi juga mengancammu!”

Atmosfer dalam kelas itu menegang. Jessica telah menemukan cara jitu untuk menghadapi Sulli, dan ia percaya diri kalau cara ini akan berhasil.

Sulli membentuk telapak tangannya menjadi sebuah kepalan. Jessica mengunggulinya, ia kalah telak.

“Kau bisa ke ruanganku selepas pulang sekolah nanti untuk mengambil naskahmu.” Jessica mengakhiri perseteruan itu dengan sebuah senyum.

Beradu akting? Dalam mimpinya pun Sulli tidak akan pernah melakukannya. Lalu sekarang apa ini?

 

To be continued…

9 pemikiran pada “The Antagonist [Chapter 8]

  1. OMG… hayoung bnr2 minta dijambak ditampar ditonjok, kurang ajar, kecakepan…. haaaaaaisssh….
    untung Chanyeol belain Sulli…
    aaaaa makasih authornim… aku slalu nunggu updatean selanjutnya…
    hwaiting !!!

  2. Wah..bener2 nih si namjoo ngajak ribut nih sama sama sulli unni….akhirnya baekhyun ngaku jga tuh ke sulli unni tapi kasihan sulli unni blm tahu klo itu pernyataan cinta…poor baekhyun..
    Next authornim..fighting!!

  3. Aduh greget bacanya
    Uuuuh kesel bgt sm namjoo dan hayoung
    Akhirnya baekhyun bilang kalo dia sk sm sulli
    Tp sullinya gk nanggepin 😦
    Aduuuuh lanjut author 🙂
    Penasaran bgt bgt bgt 😀

  4. Aisshh….kasihan Sulli eonnie dia emang berani melawan Hayoung dan Namjoo tapi masalahnya mereka juga kenapa harus bawa laki-laki…sedangkan Sulli perempuan itu pula sendiri….Huftt…dasar mentang-mentang jago acting langsung aja tuh.. mukanya dikasih 2 jadi 2 muka #LOL
    Untung ChanBaek datang dan langsung menolong Sulli eonnie…
    Hohoo… Baekhyun oppa sudah kasih clue tuhh… tapi sayang pas Sulli eonnie ingin bilang arti dari sikapnya eh Chanyeol oppa datang…
    Wehh… Sulli eonnie akan memerankan drama The Moon tapi sayang kenapa peran utama namjanya jatuh pada Wooyoung kenapa gak Chanyeol oppa aja hahaha 😀
    Wahh…sudah gak sabar sama kelanjutannya.. berhasilkah Sulli eonnie dengan actingnya agar dia tidak bisa dikeluarkan dari dapartement Acting ini .. semoga bisaa.. aminn…
    Authornim Lanjut nee… 😀

Tinggalkan komentar